Selasa, 17 Juli 2012

Taman Sari


Dahulu adalah pemandian
sekarang adalah reruntuhan
dan mungkin tiap rumah dan toko di tapak kaki
adalah bulirbulir penyangga sang raja
saat tiap istri berangkat menjadi selir
dalam setiap basah malam

Taman Sari adalah karat
yang menetakkan panjang aubade sakral
hingga runtuhnya masih belum terlepas
dari onggok sepi keagungan

Minggu, 15 Juli 2012

Djogjakarta



Kota hanya aku kenal sebagai kota yang ramah kata orang
Kini, kota itu membuatku rindu. Kota yang sudah terlalu banyak kenangan.
Kota yang dipenuhi orang-orang hebat dan lugas..
Kota yang selalu ramai dengan hiruk-pikuk manusianya.
Kota yang semakin ramai jika malam mengunjungi.
Kota yang aku hiasi dengan senyum dan tawa.
Kota yang jarang berhasil melelapkanku dari malam.
Kota yang aku tanggalkan impianku disini.
Kota yang pernah dibuat manis.
Kota yang pernah dibuat pahit.
Kota yang selalu hangat dengan lampu-lampunya.
Kota yang ombaknya menggulung kepenatanku.
Kota yang makanannya meracuni lidahku.
Kota yang paginya indah. Kota yang embunnya di ujung daun.
Kota yang aku suka. Dan kota yang aku tinggalkan tanpa kabar.
Puisi ini untuk Jogja-ku. Aku Yang Tanpa Kabar
Aku rindu mendengar kicauan lugasnya

BOROBUDUR




Melancong ke Borobudur


tak kutemukan sebentuk kabut
membelit deretan batu-batu
meski dalam ketinggian bukit
mendaki undak-undakan batu
menguras segenap keringat
membakar glukosa darah
setengah terengah
belajar sejarah
membaca relief
memandang puncak stupa
lalu lalang para pelancong
menyemut menuju puncak
saling potret di samping batu
di antara batu
bersama batu
borobudur tercinta
berdiri tegak mempesona
kebanggaan indonesia
di kagumi seluruh dunia

borobuder tercinta
sebuah mahakarya
ciptaan nenek moyang kita
yang tida duanya